Sabtu, 03 Oktober 2015

Ingwer Ludwig Nommensen



LADANG MISI
Ingwer Ludwig Nommensen
Nommensen adalah seorang tokoh pengabar Injil berkebangsaan Jerman yang terkenal di Indonesia. Hasil dari pekerjaannya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak Toba. Gereja itu bernama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Tidak berlebihan, jikalau ia diberi gelar Rasul Batak. Ia sudah memberikan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pengabaran Injil di tanah Batak.
Nommensen dilahirkan pada tanggal 6 Februari 1834 di sebuah pulau kecil, Noordstrand, di Jerman Utara. Nommensen sejak kecil sudah hidup di dalam kemiskinan dan penderitaan. Sejak kecil ia sudah mencari nafkah untuk membantu orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang miskin dan selalu sakit-sakitan.
Pada umur 8 tahun, ia mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain pada musim panas, dan pada musim dingin ia bersekolah. Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani sehingga pekerjaan itu tidak asing lagi baginya. Semuanya ini tampaknya merupakan persiapan bagi pekerjaannya sebagai pengabar Injil di kemudian hari.
Tahun 1846 Nommensen mengalami kecelakaan yang serius. Pada waktu ia bermain kejar-kejaran dengan temannya, tiba-tiba ia ditabrak oleh kereta berkuda. Kereta kuda itu menggilas kakinya sehingga patah. Oleh karenanya, terpaksa ia hanya bisa berbaring saja di tempat tidur selama berbulan-bulan. Teman-temannya biasa datang untuk menceritakan pelajaran dan cerita-cerita yang disampaikan guru di sekolah. Cerita-cerita itu adalah tentang pengalaman pendeta-pendeta yang pergi memberitakan Injil kepada banyak orang, dan Nommensen sangat tertarik mendengar cerita-cerita itu. Lukanya makin parah, sehingga dia tidak dapat berjalan sama sekali. Sekalipun sakit, Nommensen belajar merajut kaos, menjahit, dan menambal sendiri pakaiannya yang robek. Pada suatu hari, ia membaca Yohanes 16:23-26, yaitu tentang kata-kata Tuhan Yesus bahwa siapa yang meminta kepada Bapa di Surga, maka Bapa akan mengabulkannya. Nommensen bertanya kepada ibunya, apakah perkataan Yesus itu masih berlaku atau tidak. Ibunya Meyakinkan nya bahwa perkataan itu masih berlaku. Ia mengajak ibunya untuk berdoa bersama-sama. Nommensen meminta kesembuhan dan dengan janji, jikalau ia sembuh maka ia akan pergi memberitakan Injil. Doanya dikabulkan, dan beberapa minggu kemudian kakinya sembuh. Setelah sembuh, Nommensen kembali menggembalakan domba. Janjinya selalu menggodanya untuk segera memenuhinya. Oleh karena itu, ia melamar untuk menjadi penginjil pada Lembaga Pekabaran Injil Rhein (RMG). Beberapa tahun lamanya ia belajar sebagai calon pengabar Injil.
Tahun 1861 ia ditahbiskan menjadi pendeta. Dan sesudahnya ia berangkat menuju Sumatera dan tiba pada bulan Mei 1862 di Padang. Ia memulai pekerjaan nya di Barus. Ia mulai belajar bahasa Batak dan bahasa Melayu, yang cepat sekali dapat dikuasainya. Sekarang ia mulai mengadakan kontak-kontak dengan orang-orang Batak, terutama dengan raja-raja. Ia tidak jemu mengadakan perjalanan keliling untuk menciptakan hubungan pergaulan yang baik. Ia mempelajari adat-istiadat Batak dan mempergunakannya dalam mempererat pergaulan. Nommensen meminta izin untuk masuk ke pedalaman namun dilarang oleh pemerintah, karena sangat berbahaya bagi seorang asing. Namun Nommensen tidak takut. Ia memilih Silindung sebagai tempat tinggalnya yang baru. Ia mendapat gangguan yang hebat di sini, namun ia tidak putus asa. Ia berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di Huta Dame (Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah, dan rumahnya sendiri di Pearaja. Sampai sekarang Pearaja menjadi pusat HKBP.
Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan, sehingga Injil makin meluas. Kemudian dia pindah tempat tinggal ke kampung Sigumpar pada tahun 1891, dan ia tinggal di sana sampai dia meninggal.
Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak dengan berbagai macam cara. Ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba dan menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga berusaha untuk memperbaiki pertanian, peternakan, meminjam kan modal, menebus hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta membuka sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan. Dalam pekerjaan pengabaran Injil, ia menyadari perlunya mengikutsertakan orang-orang Batak. Maka dari itu, dibukalah sekolah penginjil yang menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Juga untuk kebutuhan guru-guru sekolah, dia membuka pendidikan guru. Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan, maka pimpinan RMG mengangkatnya menjadi Ephorus pada tahun 1881.
Pada hari ulang tahunnya yang ke-70, Universitas Bonn memberikan gelar Doktor Honoris Causa kepada Nommensen.
Nommensen meninggal pada umur yang sangat tua -- 84 tahun. Ia meninggal pada tanggal 12 Mei 1918. Nommensen dikuburkan di Sigumpar, di tengah-tengah suku bangsa Batak setelah bekerja dalam kalangan suku bangsa ini selama 57 tahun lamanya.

“Selamatkan Jiwa berapapun harganya"



“Selamatkan Jiwa berapapun harganya"
(KOTBAH MISI PBI – WBI – JEANS)

Pembacaan :Yehezkiel 34 : 16 “ Yang hilang akan kucari, yang tersesat akan kubawa pulang, yang luka akan kubalut, yang sakit akan kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan kulindungi, aku akan menggembalakanmereka sebagaimana seharusnya.

Tuhan kita punya misi yang sangat besar yang digenapi dalam Yesus Kristus, yaitu misi untuk menyelamatkan umatnya yang tehilang. Tuhan tidak mau ada seorangpun yang binasa tetapi supaya semua dapat diselamatkan. Betapa pedulinya Tuhan dalam kehidupan dan Keselamatan manusia. Tuhan tahu bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, karena ada kecenderungan hati manusia  adalah melakukan kejahatan dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu hanya karena kasih Tuhan, atau Anugerah-Nya kita diselamatkan Dan dalam Kristus oleh pengorbanaNya kepada karya penebusanNya kita diselamatkan dan itupun adalah kasih setiaNya semata.
Orang Kristen punya tanggung jawab dalam hidupnya ketika Ia percaya olehNya kita diselamatkan, Ya ! Hutang Jiwa, kita berhutang jiwa pada Tuhan Yesus dan oleh penebusanya kita juga dipanggil untuk menjangkau, mencari saudara-saudara sesama jiwa yang menjauh dan terhilang ( hidup dalam dosa ) untuk menjalankan misi besar dalam menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang, kita harus memiliki hati yang penuh belas kasihan. Matius 9 : 36 “ Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Kita semua adalah merupakan “Tangan Tuhan” yang dipakai untuk menjangkau jiwa-jiwa yang tersesat dan belum mendengar Injil Keselamatan dan untuk membawa mereka kepada Tuhan.

Ada 5 langkah penyelamatan terhadap mereka yang hilang dengan skill kita

1.     Ketrampilan Mata untuk Memandang.
Kita tajamkan mata jasmani dan mata rohani kita untuk memandang dan melihat jiwa-jiwa yang begitu banyak sedang menuju kepada kebinasaan dengan penuh belas kasihan akan dengan mudah tergerak dan mau mengulurkan tangan  untuk menolong mereka.

2.     Kertampilan Telinga untuk mendengar   (Amsal 21: 13)
“Siapa menutup telinga bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”                      
Kita harus tetap membuka telinga kita untuk mendengar jeritan jiwa-jiwa yang memohon pertolongan Tuhan. Ketika kita membuka telinga kita dan mau mendengarkannya maka Tuhan akan membuat telinga kita peka dan mereka yang mau berbelas kasihan dan kita diberi kemampuan dan keberanian untuk melakukan tugas Tuhan. Mari kita buka telinga kita untuk mendengarkan Perintah dan Panggilan serta teriakan jiwa-jiwa yang tersesat.
 
3.     Ketrampilan Kaki untuk melangkah.    ( Yesaya 6 : 8 ) 
Suara Tuhan berkata :” Siapakah yang akan Ku-utus, dan siapa yang mau pergi untuk Aku ?” maka sahutku : “Ini Aku utuslah Aku”
Kita harus berbuat dan melangkahkan kaki kita kejalan yang hanya untuk mencari dan mengutus orang yang mau meringankan kakinya untuk melakukan dan mencari jiwa-jiwa yang terhilang. Tugas mencari dan menyelamatkan untuk memenangkan jiwa bukan hanya tugas dari kelompok rohaniawan saja, melainkan tugas semua orang percaya.

4.      Ketrampilan Tangan untuk merangkul.    ( 1Kor 9 : 22)
Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat meyelamatkan mereka yang lemah, Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.
Kegagalan orang percaya untuk mau menjangkau orang yang terhilang adalah “Berat tangan” tidak mau mengulurkan tanganya dan mudah sekali menghakimi mereka,sehingga dengan mau membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Seringkali kita merasa elergi dengan orang yang berdosa, menjauhi dan memusuhi mereka. Pada hal kita sendiri dulunya juga orang berdosa sama seperti mereka.

5.     Ketrampilan Lidah untuk menghibur.   (Yesaya 50 : 4a)
“Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu.”Perkataan kita harus selalu penuh semangat mempergunakan mulut kita dengan benar yaitu untuk membangun dan memberi semangat baru bagi mereka yang letih dan lesu. Jauhkan dari kita mulut yang berkata-kata tidak pantas yang membuat orang menjauh dari kita dan menolak Tuhan. Biarkan Orang lain menjadi berbahagia dan menikmati apa yang keluar dari mulut kita, yaitu perkataan-perkataan Firman Tuhan yang menguatkan dan membangun orang lain dan menerima Allah Bapa kita. amin.

Persoalannya adalah maukah kita sebagai orang yang percaya untuk mengulurkan tangan kita dan berbelas kasiahan untuk mendengar dan menolong saudra-saudara kita yang tersesat dan terhilang agar mereka Tuhan kita tidak binasa melainkan memperoleh Kesematan dari Allah Bapa melalui Kristus Yesus Tuhan kita, Amin.


TUTUP DENGAN PUJIAN: BERIKAN PADA KAMI HATI YANG MENGASIHI

WARTA JEMAAT 4 OKTOBER 2015



INFO KITA

PERSEDO  NEHEMIA1
Rabu 7 September 2015 jam 18.00
Di Bp Saragih Kalibaru
“WAKTUNYA MENUAI ADALAH SEKARANG”
FT: Ps Merry, P: Bu Yerni, M: Bp Imam

PERSEDO NEHEMIA 2
Kelas SMK “Berjalan dalam Perjanjian Tuhan”, Wilayah Tlogosari, Muktiharjo, Kaligawe, Supriyadi :
Kamis 8 Oktober 2015 Jam 19.00
Di Kel. Bp Bayu Legowo

IBADAH WANITA BETHEL INDONESIA
Jumat 9 Oktober  2015 Jam 17.00 WIB
Di Ibu Anik RUSUN A
“SELAMATKAN JIWA BERAPAPUN HARGANYA”
FT: Bu Ambar

IBADAH PRIA BETHEL INDONESIA
Jumat 9 Oktober 2015 jam 19.00
Di Bp Sugeng, Jl Supriyadi
“SELAMATKAN JIWA BERAPAPUN HARGANYA”
FT: Bp Imam Praponco

WE PRAY, WE RESTORE
Sabtu 10 Oktober  2015 Jam 04.00
Di Gereja Pendoa: Bp Lukas

YOUTH JEANS
Sabtu 10 Oktober  2015 Jam 17.00
Di HFCC Lt 3
“SELAMATKAN JIWA BERAPAPUN HARGANYA”
FT: Ibu Sri, P: Ovie , M: ivan

SATELIT CUMI CUMI
Minggu 11 Oktober  2015 Jam 17.00
FT: Ps Rudy Wijanarko, P:Bu Sion, M: Frans


MELANCONG KE JOGJA


Untuk menghidupi Values GBI HFCC, “Bersatu dalam Kristus”, Tim Kreatif HFCC mengadakan acara Melancong ke Jogja pada hari Rabu 14 Oktober 2105 dengan biaya Rp 50.000 /orang (Sudah termasuk transport, makan 2 Kali dan biaya masuk ke tempat hiburan). Untuk Informasi hubungi Bp Yosua Dwi Haryanto